UKM Bandeng Tanpa Duri

UKM Bandeng Tanpa Duri :

Curi Ilmu Cabut Duri dari Hongkong


Siang ini, Anda disajikan masakan ikan bandeng bebas duri. Kenikmatan makan siang dijamin tidak akan terganggu dengan duri-duri yang seringkali membuat kita malas makan bandeng. Apalagi, ilmu mencabut bandengnya ’dicuri’ dari Hongkong. Mau? Anda bisa menikmati ikan bandeng bebas duri yang dikembangkan H Abdul Chakim. Mitra binaan Semen Gresik ini berhasil memproduksi 10.000 ekor per bulan. Harga bandeng bebas duri per ekor dipatok 10 ribu rupiah. Pasarnya tidak hanya Gresik, sudah berkembang dari Surabaya hingga ke Yogyakarta. Ikan hasil tambak air asin Gresik ini sudah menjadi ikon tempat tinggal Abdul Chakim, yakni perkampungan Jalan Kuburan Panjang Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Bapak lima anak yang suka memakai sarung ini tinggal di sekitar komplek makam Fatimah Binti Maimun. “Usaha ikan bandeng tanpa duri ini terinspirasi dari seringnya makan di Restoran Hongkong ketika saya di Brunei,” ungkapnya menceritakan pengalaman merantau di Brunei Darussalam sekitar tahun 1999. Ia dikontrak keluarga Istana Kerajaan Brunei untuk mengembangkan tambak milik keluarga istana. Kebetulan dia sering makan di Restoran Hongkong yang berada di Brunei dengan menu ikan. “Saya penasaran karena bentuk ikannya seperti bandeng tapi tidak ada duri,” tuturnya. Setelah ia menanyakan ke beberapa temannya asal Filipina, benarlah dugaannya selama ini. ”Itu benar ikan bandeng Indonesia yang didatangkan pedagang Malaysia. Lalu dijual di Restoran Hongkong setelah dibersihkan durinya,” lanjutnya. Rasa penasarannya semakin menjadi untuk mengetahui cara mencabut duri ikan bandeng. Informasi tadi berhasil didapatkannya dengan susah payah karena ia juga masih bekerja. Setelah kontrak dengan pihak keluarga istana kerajaan Brunei habis, dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, Indonesia. Berbekal ilmu “mencabut duri ikan bandeng” dari Restoran Hongkong, ia memulai usaha menjual bandeng tanpa duri awal tahun 2000- an. “Saya berkeyakinan usaha bandeng tanpa duri bisa dikembangkan di Indonesia,” kata pria yang saat ini sudah mempunyai tambak sekitar 25 ha dari hasil usahanya. Keyakinan dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Di kampung halamannya yang agak terpencil, dia berhasil mengembangkan usaha bandeng tanpa duri. Saat ini, ada 22 orang yang menjadi tenaga kerjanya.
Omzet usaha yang didapatkannya per bulan sekitar 100 juta rupiah.

Pendapatan Karyawan Capai 1,2 Juta

Kesuksesan memulai usaha ini tak lepas dari bantuan tenaga kerja di sekitarnya. Mencabut duri bandeng membutuhkan ketelitian dan ketelatenan yang cukup tinggi. Awalnya dia merasa kesulitan memenuhi permintaan karena kurangnya tenaga kerja yang terampil. Solusinya, ia mengajari tetangganya agar bisa mencabut duri bandeng dengan baik. Akhirnya ada beberapa orang yang “bisa” direkrut menjadi karyawan. “Saya merasa puas bisa membantu mereka. Saat ini pendapatannya rata-rata sekitar 50 – 60 ribu rupiah per hari. Pendapatan di atas UMR, karena dikerjakan borongan,” jelas pria yang pernah belajar beberapa tahun di Mekah ini. Ternyata keberadaan pengolahan bandeng tanpa duri ini cukup memberi manfaat positif bagi masyarakat sekitar. Pendapatan karyawan yang dalam sehari mencapai 50 – 60 ribu rupiah atau sekitar 1,2 – 1,5 juta rupiah ini sangat membantu pendapatan keluarga. “Alhamdulillah, ini juga berkat bantuan Program Kemitraan Semen Gresik. Saya bisa menambah stok ikan dan memberi lebih banyak pekerjaan kepada karyawan,” terang pria yang juga menjadi guru ngaji ini

Trik Sukses Usaha Ala Abdul Chakim

Agar produknya bisa bertahan dan diterima pasar, Chakim cukup selektif memilih ikan bandeng sebagai bahan utama. Pertama, ikan bandeng yang digunakan harus benar-benar segar dari tambak. Kedua, ukuran ikan bandeng harus rata antara 3,5 – 5 ons. Ketiga, ikan bandeng harus dari perairan atau budidaya di air asin. Ada perbedaaan rasa antara budidaya di air tawar dan air asin. “Pada budidaya di air tawar, daging ikan bandeng agak terasa “apek” atau bau tanah. Sedangkan di air asin, daging ikan bandeng lebih gurih dan bebas bau tanah. Bandeng kebanyakan kami ambil dari daerah Mengare, Gresik,” urai Chakim. Ikan bandeng yang segar diproses dengan mencabut durinya. Setelah itu baru dikemas ke dalam plastik dan dimasukkan ke dalam freezer. Pembeli dan agen yang sudah menandatangani kontrak akan mengambil untuk dipasarkan. Pria yang sedang berusaha mencari peluang ekspor ini mempunyai dua mitra untuk memasarkan produknya dengan merek yang berbeda. Merek pertama “Fish Mart” dipasarkan di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Merek “Bogarasa Utama” yang bekerjasama dengan pihak Bogasari dipasarkan di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Awal memulai usaha, permintaannya belum melimpah seperti saat ini. Banyak yang belum mengenal produk bandeng tanpa duri. Hal ini tidak membuatnya putus asa. Bersama istri, ia memasarkan kepada teman terdekat untuk konsumsi mereka sendiri. Kemudian teman-temannya menularkan kepada yang lain sehingga pesanannya mulai meningkat. “Kebetulan, saya mempunyai banyak teman dari perikanan dan industri pakan ikan. Pasar yang tadinya kecil bisa berkembang. Malah sebagian ingin membuat kontrak dengan pemasaran yang lebih luas,” papar pria yang ingin membuat gudang cold storage di dekat rumahnya.

sumber : csrsemengresik.com